Hai nona yang ada di Pulau Dewata
Bagaimana kabarmu disana….? Waktu seakan berjalan begitu cepat, seperti angin yang selalu berhembus melintas samudera dan tiada bisa dikejar lagi.
Kamu di sana dan aku di sini.
Di sini aku selalu memikirkanmu.
Tak pernah aku merasa seperti ini sebelumnya tentang seorang wanita.
Dimana aku bisa merasa bahagia saat berbaring dengan alunan lirih suaramu
Dimana aku bisa merasa rindu saat lama tiada mendengar suaramu
Dimana aku bisa merasa sedih saat tahu semakin jauh dari telingaku alunan merdu suaramu
Dimana aku bisa merasa kehilangan saat aku tiada pernah lagi mendengar suaramu
Dan dimana aku merasa tersiksa tanpa suaramu, Nona....................
Manis memang.............tapi pahit........
Dalam hati ini tiada pernah ingin tahu tentang siapa sebenarnya wanita yang hanya bisa kulihat foto dan ku dengar suara lembutnya. Yang ku inginkan hanyalah ”bersedialah menemaniku di setiap waktuku”. Tiada pernah aku peduli akan apa yang kau rasakan tentangku.
Ikhlaskah kau saat aku ingin mendengar suaramu, dengan semua cerita keseharianmu?
Ikhlaskah jari- jemarimu menulis pesan untuk membalas semua kata- kata yang aku berikan padamu?.
Ikhlas dan sudikah saat telingamu mendengarkan kata- kata konyol yang keluar dari bibirku?
Aku sama sekali tiada pernah memikirkan hal itu. Apa yang aku lakukan semata- mata hanyalah untuk membuatku merasa dekat denganmu. Tapi apa yang aku rasakan sekarang? Bodohnya diriku, tololnya diriku, aku selalu ingin kau mendengarkan kata- kataku, tapi aku sendiri tiada pernah mau mendengar kata- katamu.
Apa yang selama ini aku lakukan tiada pernah bisa untuk membuatmu merasa bahagia. Tetapi justru sebaliknya, apa yang aku lakukan telah melukai hati dan perasaanmu. Dan semua berakhir begitu saja tanpa ada suatu penyelesaian yang jelas. Sebagai seorang lelaki, aku merasa malu akan semua yang aku lakukan. Maafkan aku Nona.....berikan kesempatan aku untuk memperbaiki semua kesalahanku padamu, sebelum Sang Khaliq memanggilku kembali.
11 Agustus 2008
Pada tanggal dan bulan itu aku merasa kebahagiaan itu kembali datang dalam kahidupanku saat dia mau menjawab pertanyaanku yang padahal aku sendiri salah kirim pesan message-nya.
Aku merasa bahagia saat dia memintaku mendo’akannya supaya dia lulus seleksi masuk di sebuah perguruan tinggi setempat. Tapi tidak lama aku rasakan kebahagiaan itu. Dan itu mungkin karena dia telah sadar dan ingat akan siapa aku dan apa yang telah aku lakukan kepadanya. Keceriaan suaranya saat itu mungkin hanyalah seperti angin lalu yang sedang berlabuh di dalam hatinya. Dimana hanya semalam aku merasakan kebahgiaan itu. Dan lagi- lagi aku hanya bisa mendengar suara musik dari sebuah lagu yang pernah dia kirim ke aku, merasa sendiri lagi di dalam kamar kontrakanku seperti rumput kering. Yang hanya bisa berharap, semoga dia mau memaafkan aku atas semua kesalahanku dan semoga dia bersedia kembali membukakan pintu hatinya untukku, tanpa beban dan dengan ikhlas seperti yang pernah dia katakan ” isnsyaallah aku maafkan kamu dengan ikhlas, seperti aku menghembuskan nafasku dan menghirupnya kembali”. Semoga saja dia termasuk orang- orang yang pemaaf.
Aku di sini tahu betul akan apa yang dia rasakan, sakit, pedih, perih dan hatinya terluka karenaku. Karena merasa di dustai, karena merasa di khianati dan semua itu aku yang melakukannya, aku yang menyakitinya, aku yang mendustainya, aku yang mengkhianatinya, dan aku yang sudah membohonginya. Dengan lidah tanpa tulang yang Kau anugerahkan kepada hamba-Mu ini, dengan bibirku yang Kau berikan ini, aku membohonginya Ya Allah.............aku mendustainya Ya Allah...............
Kau Yang khaliq, Kau Yang Maha Mengetahui, Kau Yang Maha Penyayang dan Kau Yang Maha Pengampun.......bukakanlah pintu hatinya untuk memaafkan hamba-Mu yang sudah menyakitinya Ya Allah......
Tiada berani hamba-Mu mengatasnamakan-Mu, tanpa niat hati yang ikhlas...., tanpa ikrar yang sudah aku janjikan kepada-Mu untuk memohon maaf kepada-Mu melalui pintu dan keikhlasan hatinya Ya Allah.......
Ikrar di hatiku untuk menemuinya dan memohon maaf di hadapannya, Insya Allah akan aku laksanakan dengan ijin-Mu yang tiada pernah memperberat hambanya untuk berbuat kebaikan kepada sesama hamba-Mu Ya Allah...................
Lely, seandainya aku bisa sekarang juga menemuimu, aku tiada akan pernah menulis ini dengan susah payah dan linangan air mataku karena mengingat semua perbuatanku yang hanya Dia yang mengetahuinya di tengah malam dalam renungan kalbuku. Dan seandainya itu bisa terjadi, sekarang juga aku akan meminta maaf di hadapanmu bahkan jika kamu memintaku bersujudpun akan aku lakukan. Aku tahu kamu merasa kecewa, kamu merasa perih dengan semua ini, tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang? Semua sudah terjadi dan aku sebagai pelakunya, yang ada hanyalah lari dan sembunyi dari kenyataan. Betapa jauhnya aku melenceng dari jalan ini tanpa tuntunan-Nya. Dan sekarang aku sadar akan semua yang aku lakukan. Biarlah semua pembaca mengatakan aku cengeng, biarlah semua pembaca mengatakan aku lelaki yang lemah, biarkanlah mereka semua bicara semau mereka. Dan kamu, aku tiada peduli kamu mau mengatakan aku apa, lelaki yang plin plan, lelaki yang tidak konsisten, lelaki yang tidak bertanggungjawab atau apapun yang akan kamu katakan, terserahlah. Aku akan diam dan mendengarkannya saja. Yang jelas, makasih banget atas semuanya. Tanpa ini semua mungkin aku tiada akan pernah sadar akan siapa aku. Dan karenamu, aku bisa berusaha untuk menghadapi kenyataan hidup. Nasi sudah menjadi bubur dan yang telah terjadi biarlah terjadi. Semoga esok hari aku akan bisa memperbaiki kesalahanku. Jazakumullahu Khiron Khatsiron
Hidup dalam kesendirian adalah sudah menjadi kebiasaanku
Hidup tanpa ada pendamping yang selalu setia menemaniku adalah sudah merupakan keseharianku. Dimana aku melewati malam- malamku tanpa seorang terkasih di sisiku. Bahkan saat dia meninggalkan aku sendiripun aku bisa tetap tegar dan sabar menghadapi semuanya. Rasa sedih dan perih memang sempat hinggap, namun hanya sekejap. Air mata ini rasanya tidak ikhlas mengalir hanya karena dia meninggalkanku. Begitu banyak rangkaian kata- kata yang akan kuberikan kepadanya, namun semuanya hanya membuat dadaku sesak karena semua kejadian ini. Cinta memang tidak harus selalu memiliki, dan cinta memang bukan berarti untuk memiliki. Dan aku akan bisa menghadapi ini semua. Tapi entah mengapa begitu sulit rasanya aku untuk melupakan dan menghilangkannya. Walau itu hanya suara dan coretan......................................................
Lely............
Ketika cinta itu memanggilmu
Ketika rindu itu menggelayuti otak dan pikiranmu........
Ikutilah arahnya......
Walau jalan cinta akan terjal dan berliku
Walau rasa rindu akan menggebu dan membuatmu merasa pilu
Tapi pasti akan ada titik terang setelah itu
Karena kebahagiaan tiada akan pernah kau lihat, tetapi hanya akan kau rasakan.
Dimana saat kamu menemukan cinta sejatimu
Dimana saat kamu bertemu dengan orang yang kamu rindukan.
Lely............
Tetapi ketika cinta itu memanggilmu dan saat rindu itu merasuk dalam hatimu
Dan kamu tetap diam dan mencoba menghilangkan rasa rindu itu
Maka kamu akan tersiksa karenanya, kamu akan dibuat menangis olehnya
Lely.........
Cinta memang bisa membuat kita tidak mengenal siapapun
Cinta memang bisa membutakan mata dan pikiran kita karenanya
Cinta memang bisa membuat seseorang melakukan apa saja deminya
Tapi cinta juga bisa membuat orang jujur kepada dirinya sendiri.
Jazakumullahu Khoiron Khatsiron.............
Lely...........
Jangan biarkan hatimu gelisah seperti,
Gelap malam yang penuh dengan kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memudarkan beribu warna cahaya
Menghindar dan menjauh dari arah cita
Binatang malampun merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes, ikut berduka
Membasahi bumi, yang turut bersedih
Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantunkan irama nan merdu
Angin berhembus membelai lembut
Mengajak dedaunan untuk menghibur
Membangkitkan hati menggugah kalbu
Meliuk menari tirai nan lusuh
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan
Menyongsong esok akan kebahagiaan