Senin, 29 Oktober 2018

Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan

Hai....kamu terlihat cantik hari ini. Jangan lupa makan, biar tambah seksi. 
Selamat pagi cantik, jangan lupa bahagia dan berdoa diawal hari ini. 
Itu hanyalah beberapa penggalan kalimat sapaan yang sering aku sampaikan kepadanya. Padahal, dia hanyalah temanku saat menuntut ilmu di sebuah Sekolah Tinggi Negeri di Bandung. Baginya, mungkin aku hanyalah temannya. Tapi aku bisa menerjemahkan hubungan dengannya dengan berbagai definisi, bahkan definisi paling dilarang sekalipun. Aku tidak peduli apapun konsekuensinya. Sampai aku tau bahwa hubungan dengannya memang benar-benar terlarang. Tidak sepantasnya aku menyapa menggucapkan kalimat itu. 
Muncul sebuah pertanyaan besar kenapa hubunganku dengannya terlarang, bahkan menurutku sendiri. Kalo begitu aku sadar kalo itu terlarang? ya...sadar banget. 
Okey, mari kita runtut dari awal. Cerita seperti ini biasanya memiliki kesamaan permulaan. Mulanya biasa saja, sering ketemu, saling cerita, inten dalam chating, dll. Ya....memang seperti itulah awal mulanya. 
Dia menangis, tidak punya teman untuk menceritakan masalahnya, mencari orang yang cocok dan mau mendengarkan, yesssss dan akhirnya dia memilihku. Sejak itu aku membuat kesepakatan antara pikiran dan hatiku untuk menjaga bagaimana caranya aku tidak masuk ke dalam kehidupannya dan tidak terhipnotis oleh ceritanya yang kelihatannya membutuhkan solusi dan........ sedikit perhatian. Ya sedikit saja, jangan berlebihan. Karena jika perhatian yang aku berikan berlebihan, bersiaplah untuk kecewa hahahaha
Dengan kalimat memelas "Pak E, boleh curhat?" dan itu menjadi sebuah sejarah dalam ceritaku. Sedikit, pelan-pelan dan berlahan, huhuhu dia mulai bercerita tentang dirinya. Lalu aku, dan aku jadi pendengar setia. Dan selalu dipaksa untuk setia, mendengarkan kisah cerita dari gelombang radio yang sama, Titin Rosidah. 

Berawal dari cerita lahirlah sebuah cerita hahahaha...... Ya, dia mulai berani mengajakku ketemu walaupun hanya di lingkungan kampus. Dan aku, aku juga sama. Terlepas dari niatnya mendekatiku agar tugas kuliahnya selesai, aku hanya punya satu motif untuknya, peduli. Memang ga ada yang mau peduli sama dia? hahahaha banyak. Di kantornya dia punya banyak teman, di luar kantor juga, di tempat kuliah apalagi, di rumahnya sudah jelas ada suaminya yang selalu membuatku merasa cemburu hahahaha  (cemburu kok ke suaminya, ada juga suaminya yang cemburu ke aku. Geer banget sih aku). Saat itulah perang antara hati dan pikiran mulai bergejolak, karena perhatian berlebih. Tapi entahlah, seperti ada dorongan agar aku mempedulikan dia. Mungkin dorongan itu juga yang membuatkau selalu menyanggupi permintaanya, dia ingin cepat selesai kuliah dan aku, selain membantunya mengerjakan skripsi juga ingin melihat wajahnya.

Jujur, aku tidak pernah menganggapnya spesial.  Bagiku, semua temanku sama. Dan aku tidak pernah memberikan jaminan akan sebuah hubungan yang nyaman. Tapi entahlah, dia sendiri yang bilang "Aku nyaman sama Pak E". Eitsss motif yang aku miliki hanya satu, peduli kepada skripsinya. Ke orangnya enggak? entahlah, mungkin lebih dari sekedar peduli hahaha tapi ga akan ada yang peduli dengan perasaanku wkwkwkwk
Hubunganku dengan istriku yang terbuka semakin memberi peluang untuk selalu bisa menemuinya, kapanpun dia membutuhkan. Dan begitupun dengan dia, suaminya tidak pernah melarangnya pergi keluar hanya untuk bertemu denganku dengan alasan, tugas kuliah atau skripsi. Memang hanya di kampus dan hanya sekedar mengerjakan skripsi nya. (Seriussss hanya itu saja, suer). Menatap matanya saja aku ga berani, takut kayak thomas di film tom and jerry, liat kucing betina bola mata thomas berubah jadi love hhahahahahaha. Pengen ngajak makan di luar sih, tapi selalu dan selalu aku redam begitu juga saat dia yang ngajak. Dan itu adalah perjuangan bagi seorang laki-laki. Alasanku hanya satu, karena aku tidak mau menanam duri di keluarganya dan juga keluargaku. Jika diikuti, aku akan sangat merasa bahagia tentunya, tapi akhirnya keluargaku dan keluarganya yang akan menjadi korban. Dan aku tidak mau itu terjadi, aku ingin melihatnya bahagia dengan keluarga kecilnya begitupun aku dengan keluargaku. (Pikir panjang browwwww...... dan aku berhasil, alhamdulillah)
Seandainya aku punya niat selain peduli, aku rasa dia juga tidak keberatan untuk sekedar jalan di kafe atau ya.....semacamnya, walaupun awalnya dia pasti tidak mau. (Kenapa yakin kalo dia mau? hahahaha lelaki punya seribu satu cara buat naklukin gebetannya browwwww). Tapi semua, kembali ke diri kita masing-masing dan alhamdulillah aku berhasil meredam naluri lelaki yang ada di otakku. Apalagi niatnya sudah baik "aku ga mau bayar pake tubuhku", setidaknya niatnya positif dan aku sangat menghargai niat dan keputusannya. Dan itu semakin memacuku untuk berusaha. (Berusaha apa? entahlah, aku sendiri juga tidak bisa mendeskripsikan kata berusaha itu). Seperti berjalan tanpa tujuan, melamun tanpa lamunan, marah tanpa sebab, jengkel dan kesal tanpa alasan. Mungkin seperti itulah definisi berusaha yang aku lakukan. Jadi jangan pernah tanyakan, kamu berusaha untuk apa? karena ku ga bakalan bisa ngejawab. (Punya hubungan lama, intim, dekat, bahkan kayak udah ga ada batas, tapi natap matanya aja ga berani. Dan sekarang aku tidak punya lagi kesemptan itu. Emang ga kecewa? hahaha kecewa sih ada, nyesel bahkan. tapi sengaja aku hadirkan kecewa itu sebagai pengingatku).

Dia tau aku suka kesel tanpa sebab karena tingkah laku dan polahnya. Tapi ya, manusiawi. Dia juga sampe bilang "Pak e, meni sabar ih". Iya, mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi konsekuensi dari motif peduli. Kalo tidak melibatkan emosi, ya....namanya bukan peduli. Banyak peneliti yang mengatakan bahwa hubungan pertemanan yang sangat dekat, cenderung lebih cepat bubar dan putus. Itu karena, antara keduanya memiliki ikatan emosional yang sangat intim. Hahahaha kadang juga aku merasakan itu, saat aku ngeyel aku tampak seperti anak kecil yang merengek. Tapi dia sudah dewasa, lebih dewasa dari aku. Dan dia bisa mengerti apa alasannya ngeyel, yang akhirnya dia ngalah. Coba kurang baik gimana dia? Seringkali terjadi perdebatan kecil antara aku dan dia. Kalo bukan masalah bayar kopi, ya bayar tagihan kuliah. Tapi itu dulu, semua sudah berlalu dan tidak akan terulang.
Jujur aku memang bukan orang yang selalu mampu dan selalu bisa memenuhi apa yang aku inginkan karena memang kondisiku terbatas. Seperti bayar wisuda, aku memang sama sekali tidak punya biaya. Tapi buatku, tidak alasan agar aku bisa wisuda gratisan. Sekalipun untuk mengganti jasaku membuat skripsi, karena aku tidak jualan jasa pembuatan skripsi hahahaha. Kamu paksa aku, alasanku akan semakin menumpuk. Dan apapun alasanku, aku hanya ingin wisuda dengan biaya dari hasil usahaku. Selain itu juga aku tau, bagaimana kamu memperlakukan uangmu
Sekarang, semuanya sudah selesai. Hanya tinggal menunggu waktu, untuk say goodbye. Dan semuanya akan berakhir. Tidak ada lagi alasan untuk kita saling bertemu. Tidak ada lagi alasan untuk aku menatap paras ayu wajahmu. Tidak ada lagi kesempatan untuk melihat lipstik yang menempel di gigimu, dan aku bilang "kok gigimu berwarna merah, bersihin dulu gih". Tidak ada lagi kesempatan untuk mengatakan bahwa kamu "seksi dimataku" karena entah kapan kita akan bertemu lagi. Seandainya masih ada kesempatan, entah kapan lagi. (Kecuali aku mengajaknya kencan. weissss kencan, kenapa bukan ngerjain skripsi? kan udah lulus). Tapi sepertinya jauh dari harapan. Sedih iya, bahagia iya, kecewa ada, semuanya bercampur di acara wisuda. 
Tapi tenanglah, kamu selalu ada disini. Aku simpan dan aku jaga sebaik mungkin, meskipun aku tau jika "kamu adalah  ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan". Tapi biarlah, ijinkan aku memberimu sebuah tempat disana, di hatiku. Aku tidak akan menitipkan rasa ini lewat Pa Hadna, aku akan menyimpannya. Aku tidak peduli kamu merasakan hal yang sama atau tidak, karena aku sedang bercerita tentang apa yang aku rasakan kepadamu.

Ini ceritaku tentangmu, orang yang baik hati, supel, perhatian, peduli, berprinsip, dan berkarakter, nyebelin juga sih...... Tapi setidaknya kamu pantas diidamkan oleh para teman lelakimu, bukan karena parasmu yang cantik, tubuhmu yang menggairahkan, dan sikapmu yang lemah lembut (tapi sok ngagaplok), tapi karena kepribadian yang kamu miliki.
Dan ceritanya seperti cerita anak kuliahan  (emang kuliahan) ringan diawal berat diakhir. Diawal, semuanya terasa mudah dan ringan. Saling berbagi, sharing, cerita, dan banyak lagi. Tapi diakhir, ceritanya berubah seperti mahasiswa yang akan menghadapi ujian sidang, rumit. Mau sidang galau, mau revisi galau, bayar wisuda memanas tapi dingin lagi hihihihi itulah saat ego saling bertahan dan tidak mau mengalah. Tapi setidaknya, aku tahu niat baiknya untuk membantuku. Dan dugaanku, dia pasti menganggap aku orang yang sulit, susah, hararese, meureukedeweung, dll mau dibantu aja banyak alasan.

Alasanmu hanya ingin membantuku, meringankanku, (tapi entahlah, aku tidak tau apa alasanmu yang sebenarnya. semoga saja hanya itu), dan alasanku hanya karena takut. Takut semuanya akan cepat berakhir dan akhirnya aku kehilanganmu. Sadar memang, seharusnya aku tidak punya alasan itu karena itu terlarang diantara kita. Tapi kenyataannya, rasa itu memang ada untukmu. Aku hanya berfikir dan berharap bahwa kamu tidak merasakan hal yang sama karena menurutku kamu tidak punya alasan untuk memiliki rasa itu. Kamu sudah benar-benar bahagia dengan keluarga kecilmu, dan aku juga bahagia melihatnya. Tapi jika memang kamu juga merasakan apa yang aku rasakan, aku tidak akan menuntut agar ini terjadi. Aku ingin menjadikan apa yang aku rasakan sebagai pelengkap dalam hubungan pertemanan kita, agar tidak ada rasa canggung antara aku dan kamu. Itupun kalo hubungan pertemanan kita tidak berakhir di wisudaan.

Jika kamu menganggap ini berlebihan, ini memang berlebihan. Tapi aku merasa bahwa sebenarnya kamu sudah tahu apa yang aku rasakan. Karena sulit bagi seorang lelaki sepertiku untuk bilang tidak, sementara seperempat dari waktuku aku luangkan buatmu........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyempurnakan cinta

Dengan semua penderitaannya, adakah sesuatu yang lebih menyedihkan dari cinta? Dengan semua sukacitanya, adakah sesuatu yang lebih sempu...